Jumat, 23 September 2011

MATH PROGRAMS FOR INTERNATIONAL COOPERATION IN INDONESIA


By : Dr. Marsigit, MA
Reviewed by Absari Nur Khasanah
            Meningkatkan kemampuan akademik dan kesejahteraan merupakan salah satu amanat yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Sampai sekarang ini, guru masih menjadi pusat dari proses pembelajaran. Siswa masih menggantungkan semuanya kepada guru, mereka hanya melaksanakan perintah guru tanpa berusaha untuk aktif dan memperoleh pengetahuannya sendiri. Itulah gambaran proses pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Prestasi yang diperoleh siswa khususnya dalam ilmu matematika masih terlalu rendah yang dapat dilihat dari hasil EBTANAS maupun ujian akhir.
            Gambaran umum pembelajaran matematika di kelas adalah guulah yang bertindak secara aktif sedangkan murid hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru berfungsi sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sebenarnya bukan model pembelajaran yang bagus karena siswa tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Seakan-akan keterampilan mereka mati dan tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
            Model pembelajaran yang baru diperkenalkan kepada guru supaya guru meningkatkan alternative pilihan dari bagaimana isi dari proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut untuk selalu memiliki inovasi dalam mengajarkan matematika kepada peserta didik. Para ahli telah mengadakan suatu proses yang bernama “piloting” dimana hasil dari proses piloting adalah saran untuk meningkatkan pembelajaran matematika di Indonesia. Yang seharusnya dilakukan adalah membuat kurikulum yang sesuai yaitu yang simple dan fleksibel, mengubah kembali peran guru yang awalnya guru sebagai pusat pembelajaran menjadi guru yang hanya bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi para siswa, meningkatkan kemampuan guru dengan mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah sekaligus pelatihannya, mengubah peran sekolah sekaligus manajemen sekolah yang telah dilaksanakan ditata kembali sehingga lebih baik.
            Model pembelajarn matematika yang diterapkan di Indonesia sangat jauh berbeda dengan model pembelajaran yang ada di Jepang. Di Jepang, tujuan dari pendidikan matematika adalah belajar bagaimana berpikir, pandangan dari semua hal, membentuk manusia melalui pembelajaran matematika, belajar mengenai praktik penggunaan mateatika, serta menikmati dan meningkatkan budaya melalui matematika. Penduduk Jepang mengatakan bahwa karakteristik dari belajar di Jepang mengandung makna mengurangi pembelajaran isi, mengurangi banyak kelas, dalam seminggu hari efektif hanya lima hari, meningkatkan aktivitas belajar matematika, dan sebagainya.
            Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, praktik pembelajaran yang ada di Jepang menunjukkan system pendidikan yang berusaha keras menunjukkan proses belajar seumur hidup yang membantu kemampuan dan keterampilan dasar siswa. Sekolah didirikan oleh pemerintah nasional, pemerintah daerah atau kerjasama pendidikan. Guru didorong untuk lebih fleksibel dalam mengatur siswa menjadi lebih aktif. Siswa-siswa di Jepang, selalu memiliki inisiatif untuk mengembangkan kemampuan mereka. Walau pun di sekolah mereka telah diberi buku pegangan, namun mereka tetap mencari referensi lain sebagai bahan belajarnya.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang seharusnya dapat dijadikan sebagai model alternative untuk diterapkan di Indonesia. Jika kita meniru system pendidikan yang diterapkan di Jepang, sebenarnya kita memilik banyak keuntungan diantaranya adalah dengan melakukan diskusi dan meningkatkan implementasi dari kurikulum yang mencakup buku pelajara, materi pembelajaran, metodologi pembelajaran dan penilaian., memperkaya pengalaman mengenai pendidikan matematika, menyelsaikan masalah pemelajaran di sekolah dan sebagainya. Diharapkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar