By : Dr. Marsigit, MA
Reviewed by Absari Nur Khasanah
Meningkatkan
kemampuan akademik dan kesejahteraan merupakan salah satu amanat yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Sampai sekarang ini, guru masih menjadi pusat dari
proses pembelajaran. Siswa masih menggantungkan semuanya kepada guru, mereka
hanya melaksanakan perintah guru tanpa berusaha untuk aktif dan memperoleh
pengetahuannya sendiri. Itulah gambaran proses pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Prestasi yang diperoleh siswa khususnya dalam
ilmu matematika masih terlalu rendah yang dapat dilihat dari hasil EBTANAS
maupun ujian akhir.
Gambaran
umum pembelajaran matematika di kelas adalah guulah yang bertindak secara aktif
sedangkan murid hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru berfungsi
sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sebenarnya bukan model pembelajaran yang
bagus karena siswa tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Seakan-akan
keterampilan mereka mati dan tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
Model
pembelajaran yang baru diperkenalkan kepada guru supaya guru meningkatkan
alternative pilihan dari bagaimana isi dari proses pembelajaran di kelas. Guru
dituntut untuk selalu memiliki inovasi dalam mengajarkan matematika kepada peserta
didik. Para ahli telah mengadakan suatu proses yang bernama “piloting” dimana
hasil dari proses piloting adalah saran untuk meningkatkan pembelajaran
matematika di Indonesia. Yang seharusnya dilakukan adalah membuat kurikulum
yang sesuai yaitu yang simple dan fleksibel, mengubah kembali peran guru yang
awalnya guru sebagai pusat pembelajaran menjadi guru yang hanya bertindak
sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi para siswa, meningkatkan kemampuan
guru dengan mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah sekaligus pelatihannya,
mengubah peran sekolah sekaligus manajemen sekolah yang telah dilaksanakan
ditata kembali sehingga lebih baik.
Model
pembelajarn matematika yang diterapkan di Indonesia sangat jauh berbeda dengan
model pembelajaran yang ada di Jepang. Di Jepang, tujuan dari pendidikan
matematika adalah belajar bagaimana berpikir, pandangan dari semua hal,
membentuk manusia melalui pembelajaran matematika, belajar mengenai praktik
penggunaan mateatika, serta menikmati dan meningkatkan budaya melalui
matematika. Penduduk Jepang mengatakan bahwa karakteristik dari belajar di
Jepang mengandung makna mengurangi pembelajaran isi, mengurangi banyak kelas,
dalam seminggu hari efektif hanya lima hari, meningkatkan aktivitas belajar
matematika, dan sebagainya.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan penulis, praktik pembelajaran yang ada di Jepang
menunjukkan system pendidikan yang berusaha keras menunjukkan proses belajar
seumur hidup yang membantu kemampuan dan keterampilan dasar siswa. Sekolah
didirikan oleh pemerintah nasional, pemerintah daerah atau kerjasama
pendidikan. Guru didorong untuk lebih fleksibel dalam mengatur siswa menjadi
lebih aktif. Siswa-siswa di Jepang, selalu memiliki inisiatif untuk
mengembangkan kemampuan mereka. Walau pun di sekolah mereka telah diberi buku
pegangan, namun mereka tetap mencari referensi lain sebagai bahan belajarnya.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang
seharusnya dapat dijadikan sebagai model alternative untuk diterapkan di
Indonesia. Jika kita meniru system pendidikan yang diterapkan di Jepang,
sebenarnya kita memilik banyak keuntungan diantaranya adalah dengan melakukan
diskusi dan meningkatkan implementasi dari kurikulum yang mencakup buku
pelajara, materi pembelajaran, metodologi pembelajaran dan penilaian.,
memperkaya pengalaman mengenai pendidikan matematika, menyelsaikan masalah
pemelajaran di sekolah dan sebagainya. Diharapkan pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar