Sabtu, 12 November 2011

MATHEMATICAL THINKING ACROSS MULTILATERAL CULTURE


By : Dr. Marsigit, MA
Reviewed by Absari Nur Khasanah
Pertemuan APEC ketiga yang diadakan pada tanggal 29-30 April 2004 di Santiago, menyebutkan prioritas area untuk aktivitas kerjasama di masa depan untuk mendorong pembelajaran matematika dan ilmu alam. Berdasarkan prioritas tersebut, ada beberapa aktivitas proyek APEC untuk mendorong kolaborasi belajar dalam inovasi pembelajaran matematika dalam budaya yang berbeda. Lesson study yang menarik perhatian dari sekeliling dunia yang ternyata diperoleh dari pendidikan di Jepang.
Berpikir matematika adalah dasar dari tipe-tipe berpikir dan dengan pembelajaran matematika siswa dapat belajar logika dan berpikir rasional. Selain itu, matematika juga memiliki cakupan aplikasi yang luas yang mencakup fisik, statistik, dan ekonomi. Ada beberapa perbedaan dalam pendidikan matematika dari beberapa konteks budaya yang berhubungan dengan berpikir matematika.
  1. Konteks Australia : Stacey menemukan sesuatu yang dapat membantu guru memperhatikan pemecahan masalah dengan persyaratan matematika
  2. Konteks Inggris : David Tall
  3. Konteks Taiwan
  4. Konteks Jepang
  5. Konteks Singapura
  6. Konteks Malaysia
  7. Konteks Indonesia : Sistem pendidikan di Indonesia sebaiknya mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan individu, meningkatkan tingkah laku yang baik, patriotism, dan respon sosial.
Metode diskusi banyak dilakukan di berbagai negara akan tetapi memiliki sedikit perbedaan yang mencerminkan budayanya sendiri.
Berpikir matematika memiliki makna sesuatu untuk beberapa pendidikan. Ada beberapa keistimewaan yang mana dapat meningkatkan berpikir matematika seperti : mengorganisasi kembali melalui berpikir refleksi, kemahiran dalam menggunakan konsep matematika, belajar bagaimana belajar, mengembangkan dan menggunakan matematika, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar