PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
RABU, 19 DESEMBER 2012
Tidak mudah seseorang mengungkapkan cinta, masalah cinta itu tidak
sembarangan. Cinta juga tidak sederhana karena dia berdimensi. Cinta juga tidak
boleh tergesa-gesa, alami saja dibiarkan mengalir.
Gambaran umum filsafat pendidikan matematika. Akan ditemukan
bahwa apapun filsafatnya itu ibarat kromosom. Seperti orang hidup itu ada gen
dan kromosom. Struktur bayi dan orang
dewasa itu sama kecuali ada anomalinya. Ketika satu genetika rusak maka semua akan
bermasalah. Filsafat itu entah skup luas maupun sempit itu ibarat kromosom ada
strukturnya. Filsafat dunia itu strukturnya sama dengan struktur filsafat pada
diri kita juga sama dengan strukturnya kaum industrial
trainer. Strukturnya itu ada tiga yaitu ontology (hakekat), epistimologi (metode)
dan aksiologi. Epistimologi itu sumber ilmu, pengembangan ilmu. Antara ontology
dan epistemology itu tidak dapat dipisah. Ketika kita bicara mengenai hakekat
maka itu namanya ontology, tetapi hakekat itu tidak akan pernah ditemukan jika
kita tidak memikirkannya dan memikirkan hakekat itu namanya epistemology. Salah
satu memikirkannya adalah menyadarinya. Letakkan kesadaran kita di setiap
hakekat. Kesadaran itu epistemology salah satunya dengan mengatakan pertanyaan
sederhana “apakah hakekat itu?”. Jadi tidak bisa kita mempelajari hakekat tanpa
epistemology. Sebagai contoh kita tidak bisa memikirkan jasmani saja atau
rohani saja, tetapi harus keduanya. Semua yang kita bicarakan itu adalah
epistimology. Sebenarnya epistimology itu adalah teori berpikir. Dalam
mempelajari filsafat itu bersifat kontekstual. Kontekstualnya orang Timur/ orang
Indonesia/ orang Jawa, adabnya berfilsafat itu berbeda dan bersifat kontekstual
pada diri mereka sendiri. Semua yang makro itu relevan, fungsi bijektif
satu-satu. Bapaknya yang tetap adalah Hermeides, whatever diri kita adalah
ciptaan Tuhan sampai kapan pun tidak akan berubah. Sangat berbahaya jika
berfilsafat hanya sepenggal.
Ketika kita berdoa,
kita seakan-akan mati besok pagi. Itulah yang namanya spiritual. Jadi antara
spiritual dan jasmani haruslah seimbang. Di dalam pikiran kita selalu ada
keragu-raguan, jika kita masih ragu-ragu janganlah sekali-kali diteruskan.
Bapaknya keragu-raguan adalah Rene Descartes.
Kita harus menggunakan
tata cara untuk mempelajari filsafat, jadi epistemology sebagai adab untuk
mempelajari suatu ilmu. Hidup ini sebenarnya adalah proses sedangkan proses ini
adalah hasilnya. Hidup adalah jarak antara takdir dan ikhtiar, ternyata ikhtiar
itu juga adalah takdir. Manusia diciptakan untuk selalu berikhtiar. Belajar
filsafat harus didasari oleh spiritualitas, selain itu juga harus dipayungi
oleh spiritualitas. Jadi berfilsafat adalah jarak antara dua spiritualitas,
berfilsafat juga untuk memperkokoh spiritualitas kita. Yang harus dihindari
ketika berfilsafat adalah jangan sampai berfilsafat secara sepenggal-penggal
atau secara parsial. Berfilsafat itu adalah penjelasan sehingga membutuhkan epistemology.
Spiritualitas sangatlah penting, jangankan yang tampak, yang tidak tampak kita
juga merasakan. Kita harus selalu berdoa jika telah menemukan hal yang janggal
saat kita berfilsafat. Berdoa pun tidak sembarangan, harus ada tata cara tepat.
Demikian tadi hal-hal yang aku peroleh ketika aku mengikuti
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika. Aku ingin terus belajar dan belajar,
memahami apa itu ontologi, memahami apa itu epistemologi, dan aksiologi. Semoga
ke depannya aku bisa berfilsafat dengan lebih baik lagi, bisa menerapkan ilmu
yang aku peroleh dengan baik dan bisa menjadi seorang pendidik yang benar-benar
profesional untuk menciptakan generasi penerus yang bisa diandalkan untuk perkembangan
negeri ini.