Kamis, 17 Januari 2013

GAMBARAN UMUM FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
RABU, 19 DESEMBER 2012
     Tidak mudah seseorang mengungkapkan cinta, masalah cinta itu tidak sembarangan. Cinta juga tidak sederhana karena dia berdimensi. Cinta juga tidak boleh tergesa-gesa, alami saja dibiarkan mengalir.
     Gambaran umum filsafat pendidikan matematika. Akan ditemukan bahwa apapun filsafatnya itu ibarat kromosom. Seperti orang hidup itu ada gen dan kromosom.  Struktur bayi dan orang dewasa itu sama kecuali ada anomalinya. Ketika satu genetika rusak maka semua akan bermasalah. Filsafat itu entah skup luas maupun sempit itu ibarat kromosom ada strukturnya. Filsafat dunia itu strukturnya sama dengan struktur filsafat pada diri kita juga sama dengan strukturnya kaum industrial trainer. Strukturnya itu ada tiga yaitu ontology (hakekat), epistimologi (metode) dan aksiologi. Epistimologi itu sumber ilmu, pengembangan ilmu. Antara ontology dan epistemology itu tidak dapat dipisah. Ketika kita bicara mengenai hakekat maka itu namanya ontology, tetapi hakekat itu tidak akan pernah ditemukan jika kita tidak memikirkannya dan memikirkan hakekat itu namanya epistemology. Salah satu memikirkannya adalah menyadarinya. Letakkan kesadaran kita di setiap hakekat. Kesadaran itu epistemology salah satunya dengan mengatakan pertanyaan sederhana “apakah hakekat itu?”. Jadi tidak bisa kita mempelajari hakekat tanpa epistemology. Sebagai contoh kita tidak bisa memikirkan jasmani saja atau rohani saja, tetapi harus keduanya. Semua yang kita bicarakan itu adalah epistimology. Sebenarnya epistimology itu adalah teori berpikir. Dalam mempelajari filsafat itu bersifat kontekstual. Kontekstualnya orang Timur/ orang Indonesia/ orang Jawa, adabnya berfilsafat itu berbeda dan bersifat kontekstual pada diri mereka sendiri. Semua yang makro itu relevan, fungsi bijektif satu-satu. Bapaknya yang tetap adalah Hermeides, whatever diri kita adalah ciptaan Tuhan sampai kapan pun tidak akan berubah. Sangat berbahaya jika berfilsafat hanya sepenggal.
Ketika kita berdoa, kita seakan-akan mati besok pagi. Itulah yang namanya spiritual. Jadi antara spiritual dan jasmani haruslah seimbang. Di dalam pikiran kita selalu ada keragu-raguan, jika kita masih ragu-ragu janganlah sekali-kali diteruskan. Bapaknya keragu-raguan adalah Rene Descartes.
Kita harus menggunakan tata cara untuk mempelajari filsafat, jadi epistemology sebagai adab untuk mempelajari suatu ilmu. Hidup ini sebenarnya adalah proses sedangkan proses ini adalah hasilnya. Hidup adalah jarak antara takdir dan ikhtiar, ternyata ikhtiar itu juga adalah takdir. Manusia diciptakan untuk selalu berikhtiar. Belajar filsafat harus didasari oleh spiritualitas, selain itu juga harus dipayungi oleh spiritualitas. Jadi berfilsafat adalah jarak antara dua spiritualitas, berfilsafat juga untuk memperkokoh spiritualitas kita. Yang harus dihindari ketika berfilsafat adalah jangan sampai berfilsafat secara sepenggal-penggal atau secara parsial. Berfilsafat itu adalah penjelasan sehingga membutuhkan epistemology. Spiritualitas sangatlah penting, jangankan yang tampak, yang tidak tampak kita juga merasakan. Kita harus selalu berdoa jika telah menemukan hal yang janggal saat kita berfilsafat. Berdoa pun tidak sembarangan, harus ada tata cara tepat.  
     Demikian tadi hal-hal yang aku peroleh ketika aku mengikuti perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika. Aku ingin terus belajar dan belajar, memahami apa itu ontologi, memahami apa itu epistemologi, dan aksiologi. Semoga ke depannya aku bisa berfilsafat dengan lebih baik lagi, bisa menerapkan ilmu yang aku peroleh dengan baik dan bisa menjadi seorang pendidik yang benar-benar profesional untuk menciptakan generasi penerus yang bisa diandalkan untuk perkembangan negeri ini.

MEMAHAMI FILSAFAT


PERKULIAHAN FILSAFAT
RABU, 12 DESEMBER 2012   
 Bagaimana menembus ruang dan waktu? Bisa dikatakan mudah tetapi juga bisa dikatakan sulit. Mudah karena sadar maupun tidak kita tiak sadar selalu menembus ruang dan waktu seiring dengan bergantian ruang dan wktu. Pergantian waktu bisa menyebabkan pergantian ruang. Ruang yang kita tempati ini adalah ruang yang relatif. Gerak bumi yg mengitari matahari menyebabkan bumi tidak akan pernah menempati tempat yang sama dalam waktu yang sama.  Sangat sulit bagi seseorang untuk menembus ruang dan waktu jika orang tersebut tidak menyadarinya. Orang lulusan SD yang tidak belajar filsafat sangat sulit untuk memahaminya. Sebuah batupun bagi orang yang mengerti dia sebenarnya menembus ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu sangat berkaitan dengan pemahaman seseorang.
     Bagaimana seorang guru mengembangkan intuisi pada siswanya? Kita harusny berfikir yang positif, bagaimanapun sistem pendidikannya, guru dipercaya untuk mengajar di kelas. Berkomunikasi dengan siswa adalah otoritas guru untuk mengembangkan intuisi kepada siswa kita. Hidup kita semua berhubungan dengan intuisi, jangan berpikiran semua hal dapat didefinisikan karena semua itu adalah intuisi kita. Sejak kapan kita mengetahui intuisi enak? Pasti jawabannya adalah sejak lahir tanpa perlu adanya definisi mengenai enak itu apa. Manusia ciptaan Tuhan itu penuh dengan intuisi (full of intuition). Alangkah hebatnya jika pembelajaran itu dimulai dari intuisi. Kalau orang pendidikan menggunakan eksplorasi untuk memulai pembelajaran jangan menggunakan matematika formal yang dimulai dari definisi. Untuk membedakan cinta dan kasih sayang seperti itu tanpa perlu adanya definisi. Kalau dalam penelitian kita membutuhkan adanya definisi operasional untuk menunjukkan dengan jelas variabel apa yang akan diukur. Intuisi itu tidak hanya empiris, kalau anak kecil itu study empiris. Anak kecil bisa membedakan ibu dan neneknya itu adalah kejadian empiris. Tapi masih ada intuisi yang lain seperti intuisi murni, berlatih keras untuk membuktikan teorema, maka orang tersebut jika menemui teorema sudah mampu menebak maksudnya, itulah yang namanya intuisi. Metode hidup yang paling alami adalah silaturahmi. Metode balajar yang sunnatullah sesuai kodrat alam itu contohnya ialah kalau kita belajar tentang hal yang sama sekali belum mengetahui menjadi sama sekali mengetahui. Contohnya adalah ketika mereview suatu sekolah, sebelumnya kita hanya mengetahui nama sekolah tersebut tanpa tahu apa yang ada di dalam sekolah tersebut. Setengah hari pertama, pengetahuannya sudah mulai tumbuh dan berkembang, sudah banyak informasi mengenai sekolah tersebut. Sampai sore kemudian melakukan telaah dokumen mulai dari SKL, RPP, Sarpras, kurikulum, dan sebagainya kemudian mengumpulkan guru-guru yang bersangkutan. Akhirnya informasi yang diperoleh semakin tumbuh dan berkembang, hal ini menunjukkan pengetahuannya mulai bertambah. Selang dua hari kemudian pengetahuan yang diperoleh semakin tumbuh bahkan sampai berbuah. Pada akhir kunjungan maka pemahaman mengenai sekolah tersebut mulai berbuah dan dinikmati oleh guru dan kepala sekolah. Hal inilah yang disebut dengan constructivist atau sunnatullah. Inilah pembelajaran yang bersifat constructivism yang seharusnya diterapkan oleh para guru, sedangkan intuisi tersebut datang melalui constructivism.
     Bagaimana mengajarkan matematika itu kontradiksi? Sangat berbahaya sekali jika filsafat itu salah ruang dan waktu, juga berbahaya jika hanya mempelajari filsafat secara parsial. Filsafat itu hanya untuk orang dewasa bukan untuk anak kecil. Bukan porsi anak kecil untuk disampaikan padanya mengenai filsafat. Tidak perlu kita mengajarkan pada anak bahwa matematika itu kontradiksi, anak akan merasa kesulitan untuk memahaminya.
     Bagaimana fenomena Ujian Nasional bagi siswa? Selama ini kita merasa sakit, cirri-cirinya adalah kepala tidak percaya pada kaki, pejabat tidak percaya pada guru. Kurikulum didesain atas dasar ketidakpercayaan pada guru. Kalau pejabat akan berbicara bahwa UAN tidak akan ada jika guru dapat dipercaya. Asumsi para pejabat itu guru tidak dapat dipercaya. UAN ditiadakan akan tetapi yang penting adalah ketika mau masuk sekolah itu diadakan seleksi. Akan tetapi, sekarang pun seleksi itu tidak dapat dipercaya karena banyak tindakan korupsi dibalik seleksi yang dilakukan. Indonesia berada di tengah-tengah empat benua yang besar sehingga bingung mau mengikuti arus benua yang mana. Sekarang para ulama, para pejabat bingung ingin mengikuti arus mana yang sesuai dengan Indonesia. Indonesia menggembor-gemborkan untuk go Internasional sehingga maju. Tidak semua yang internasional itu baik, kita seharusnya mengambil frameworknya saja untuk diikuti, bukan substansinya yang diadopsi untuk diikuti. Indonesia berada di muara sungai sehingga bingung mau mengambil jalan yang mana, apakah industrial trainer, apakah technological pragmatis atau mau mengikuti aliran old humanist? Banyak yang menggembor-gemborkan untuk memperbaiki karakter bangsa, akan tetapi tidak hanya karakternya saja. Karakternya itu dapat didefinisikan untuk siapa dan dari siapa sehingga setiap orang akan benar-benar menyadari pentingnya karakter bagi hidupnya.